iya nih, udah 3 minggu ini saya gak nyentuh blog.. menyambung cerita yang kemarin, saya akhirnya jadi pindahan ke tempat yang baru. dari ujung kota ke ujung kota yang satunya lagi. di tempat yang baru koneksi internetnya juga belum aktif, apalagi kepotong christmas holiday gini, tukang pasang internetnya masih pada liburan. aarrrggghh, lengkap sudah penderitaan tidak bersinggungan dengan internet 😥
selain sibuk pindahan, alhamdulillah seminggu yg lalu saya dan suami diberi kesempatan untuk melihat ciptaan Allah di belahan dunia yg lain. untuk yang ini, ceritanya menyusul. pokoknya rameeee deh
akhir kata, untuk menutup jumpa kita kali ini, saya mau ngasih intip rumah saya yang lama dengan rumah saya yang baru. sebagai catatan, rumah saya yg lama, semuanya all furnished. sedangkan rumah yang baru, masih kosongan. jadi kalo ngeliat furnitur di rumah saya yang baru, itu artinya adalah hasil kreasi suami saya tercinta yang secara khusus juga membeli alat pertukangan untuk melancarkan pekerjaannya *kayanya saya nulis kalimat ini bikin banyak orang sujud syukur hahahaha*
have a look 🙂
ini tempat yang lama…
ini tempat yang baruu..
semua furniture di dalamnya (kecuali kitchen set) adalah hasil bertukang suami saya… gmn? 😉
kata saya lebih oke furniture di rumah baru sekarang.. berminat buka toko furniture, ri?? hehehe
LikeLike
uedddaaaannn….suami yang baikkk….saya ga bisa kayak begitu tuh, memalukan….
nice room ri….
LikeLike
ah gggaaaaaaakkk!!!!!!! mungkin itu bikinan suamimu
LikeLike
makasih anggun dan dimas..
hihihi, jd kontroversial gini.
itu furnitur-nya beli di ikea dlm bentuk knockdown mbak anna, tp kan yg merangkai dan menyekrup dan lain2nya mas ibra sendiri.. buat ukuran dia, ini udah kemajuan yg sangat pesat. sampe beli box tool segala huahaha.. niyat banget
LikeLike
hmm hmmm
biar tidak menjadi polemik…
Dimas..
Do not worry. Once you have to survive everything become possible
jiwa ke-suamin-an dan kemampuan melakukan hal´hal teknis akan muncul otomatis termasuk pertukangan, perakitan, angkat2 barang berpuluh2 kilo, ngadepin preman , hehe
jiwa per-istrian juga makin terasah : ngatur belanjaan (menu dan budget), masak makanan (masakan riana di sini jauuuuh lebih enak dibanding ketika di indonesia) dan segala aspek kebersihan dan keindahan..
Pokoknya yang gak mungkin jadi mungkin hehe
terima kasih pujiannya
@Mbak Ana..
Ra percoyo, saiki bakatku ngrakit lemari wes luwik apik timbang pak Bonari langganane bapak..
LikeLike
mas ibra : “jiwa ke-suamin-an dan kemampuan melakukan hal´hal teknis akan muncul”. sedaaaaaapppppp,,
tapi mas ibra, kalo dimas nikah ada anomali,, jiwa kelelakiannya berkurang, tapi justru jiwa kewanitaannya yang meningkat,, wakakak
LikeLike
hakhakhak hikhikhik hukhukhuk
LikeLike
Pingback: [Swedia] Sebuah Cerita tentang Apartemen | Ketika keluarga Ibrahim bercerita...