Setahun di Sevilla…

Tulisan ini idealnya muncul waktu tanggal 28 Oktober 2014 kemarin ya.. Karena berbagai (sok) kesibukan saya, jadinya baru sempet posting sekarang yang mana udah bulan Januari 2015 aja. Telatnya nggak  kira-kira hihi XD

Tak terasa, sudah lebih dari setahun yang lalu kami meninggalkan seluruh sahabat, keluarga, dan kehidupan yang nyaman di Swedia… menuju kota yang sama sekali belum kami kenal. Terutama untuk saya dan anak-anak. Sevilla bisa dibilang masih asing terdengar di telinga saya. Menginjak Spanyol sebelumnya saja bahkan saya belum pernah.

Salah satu sudut kota Sevilla dilihat dari atas.

Salah satu sudut kota Sevilla dilihat dari atas.

Keputusan ini bisa dibilang adalah keputusan yang cukup berat. Pembahasannya pun sempat mengendap berhari-hari yang pada akhirnya berakhir dengan metode pembobotan di Excel! Selain istikhoroh tentunya…. 🙂

Hehe, ya, saya dan suami mencoba menulis semua faktor yang menjadi pertimbangan kami dalam meniti masa depan. Memilah satu persatu plus-minus yang dimiliki Göteborg dan Sevilla, serta implikasinya pada kehidupan keluarga kami kelak. Dengan skor yang tidak begitu berbeda, Sevilla akhirnya dipilih menjadi jawabannya. Well, sometimes you just have to step out of your comfort zone and go out on a limb because that’s where the fruit is 🙂

A year in Sevilla

Sevilla adalah kota ke-empat terbesar di Spanyol. Merupakan ibukota dari propinsi Sevilla dan berada dalam daerah otonomi Andalusia.

Orang Spanyol sendiri seringkali mengibaratkan Sevilla dengan perempuan yang cantik. Tak terhitung banyaknya pendatang yang saya kenal menyatakan telah jatuh cinta dan tak ingin keluar dari kota ini. Sungai Guadalquivir (=Al Wadi Al Kabir) yang indah pun hanya sepelemparan batu dari tempat saya tinggal di Triana.

View dari Jembatan Triana.

Berbicara tentang Sevilla juga tak luput dari sejarah Islam masa lalu. Hikmahnya, sejak tinggal disini saya semakin tertarik untuk belajar sejarah Andalusia. Pada masa kekhalifahan Al-Muwahhid, Sevilla merupakan ibukota dari Andalusia. Saat itu Sevilla merupakan pusat dari pengetahuan Islam, terutama dalam bidang seni dan budaya. Ornamen khas Islam dan penggunaan desain geometris dikembangkan dalam masa kekhalifahan ini. Salah satu peninggalannya adalah Masjid Agung yang saat ini hanya tersisa bagian menara adzan-nya, La Giralda.

Giralda Tower. Dulunya merupakan menara adzan sebelum akhirnya berubah menjadi menara lonceng gereja.

Giralda Tower. Dulunya merupakan menara adzan sebelum akhirnya berubah menjadi menara lonceng gereja.

Kehidupan Sosial

Lalu dengan selubung sejarah yang menyelimutinya, apakah saya pernah mendapat tindakan yang tidak menyenangkan? Alhamdulillaah.. sejauh ini nggak pernah dan jangan sampai! Orang Sevilla, dan Spaniards pada umumnya, adalah orang-orang yang ramah, helpfull, dan suka berbasa-basi (yang menyenangkan). Hampir mirip dengan orang Indonesia 🙂

Semua ini baru saya sadari ketika sempat berkunjung kembali ke Göteborg Oktober 2014 lalu. Dulu sih, saya sama sekali nggak punya persepsi apa-apa terhadap orang Swedia. Namanya pertama kali merantau… Jadi ya hanya itu gambaran tentang orang Eropa yang saya punya. Walaupun beberapa kali travelling tapi kan rasanya beda ya dengan tinggal langsung… Kemarin itu baru lah saya menyadari bahwa ternyata orang Swedia adalah orang yang ‘dingin’ (dibanding dengan Spaniards). Bukan dalam artian negatif lho yaaaa, tapi ya memang bawaannya begitu. Straight to the point 🙂 Saya sempat “kaget” karena terbiasa dengan Sevillanas yang ber-hola-hola dimanapun kapanpun dan dengan siapapun hehe.

Balik ke Sevilla, ada sih beberapa kejadian yang unik dan mungkin terkait dengan penampilan saya yang “tidak biasa” alias berjilbab 😀 Salah satunya waktu minggu pertama pindah kesini. Kebetulan tempat tinggal saya di Sevilla bisa dibilang memang banyak dihuni oleh penduduk pribumi. Wajah-wajah pendatang bisa dihitung dengan jari.

Suatu ketika, saat menunggu lift apartemen, saya bertemu dengan nenek yang merupakan salah satu penghuni juga. Nenek itu berusaha berbicara dengan saya, tapi berhubung kemampuan bahasa Spanyol saya yang… tiarap XD, maka saya cuma bisa senyam-senyum menanggapi beliau. Sampai akhirnya, datang seorang perempuan muda yang bisa menterjemahkan dalam bahasa Inggris tentang apa yang ingin nenek itu bicarakan. Ternyata apa coba? Si nenek itu bertanya pada saya, “Apakah kamu butuh pakaian? Apa anakmu butuh pakaian? Kalau butuh bantuan apa-apa, rumahku di lantai 3 ya…”

Gubraaakkss, segitu nelongso-nya kah penampilan saya? Wkwkwk… XD Terlepas dari nenek itu yang baik hati, image muslim di Spanyol memang cenderung lekat dengan ketidakmampuan secara ekonomi… 😦 Walaupun sebenarnya ada juga image yang lain, sebagai turis kaya dari timur-tengah. Nah, kalo gitu bisa ditebak kan saya termasuk ke image yang sebelah mana hahahah XD

Imigran muslim di Spanyol ini memang beda, katakanlah, dengan Swedia yang ‘bisa hidup nyaman’ dengan berbagai fasilitas oleh pemerintah. Mereka cenderung pekerja keras… Suatu ketika, kami bahkan pernah ikut rapat dengan seluruh jamaah masjid mengenai… bagaimana mencari dana untuk membayar tunggakan kontrakan masjid yang sudah berbulan-bulan tak terbayar 😦 Tebak, bagaimana solusi singkatnya? Para jamaah wanita dengan semangat membuat kue tiap hari dan menjajakannya ke toko-toko setempat. Luar biasa! :’) Alhamdulillaah pada akhirnya tunggakan itu terlunasi dengan bantuan dari masjid di kota sebelah. Begitulah….

Budaya

Perhatian terhadap budaya lokal terpelihara dengan baik di kota selatan Spanyol ini. Rasanya hampir tiap bulan ada festival atau perayaan disini. Yang paling terkenal sih Semana Santa dalam rangka paskah dan Feria de Abril. Perayaan Feria de Abril ini sangat meriah. Bisa dibilang, inilah saat yang tepat untuk melihat wajah asli penduduk Sevilla.

Feria sendiri pada sejarahnya merupakan pameran ternak/kuda, yang kemudian bergeser menjadi pesta bagi penduduk kota. Tidak ada istilah istirahat bagi feria karena pesta ini berlangsung seminggu penuh! 😉 Para wanita akan mengenakan gaun flamenco sementara prianya mengenakan jas rapi. Tidak peduli umur, mulai bayi hingga manula 😀

Mom n daughter with their flamencan dress. Jahit baju begini minimal (!) 80 euro sahaja. Wew!

Makanan

Nyambung dengan budaya lokalnya yang kental, mencari makanan asing di Sevilla cukup sulit. Kangen rasanya dengan makanan Thai Halal yang ada di Göteborg. Disini mah makanan halalnya mentok2 kebab lagi… kebab lagi.

Tapi untuk bahan makanan fresh, bisa dibilang Spanyol surganya. Lha wong negara-negara Eropa lainnya aja pada impor dari sini kok hehe… Sayuran dan buah-buahan lokal harganya murah… Bahkan terkadang lebih murah dari Indonesia, macam apel dan jeruk gitu. Begitu juga untuk seafood. Kalau lagi musimnya apa lagi…. Benar-benar diobral. Pernah saya beli kerang sekilo hanya 0.5 euro (kira-kira Rp. 7500) dan cumi seperti di bawah ini perkilonya 1 euro saja!

Cumi ini setelah wafat akhirnya berubah wujud menjadi cumi saus hitam… Al fatihah…

Administrasi dan Birokrasi

Setelah dimanjakan dengan sistem Swedia yang one-identity-number-for-all, pindah ke Spanyol ternyata harus menghadapi urusan administrasi yang sangat paper-based. Mulai dari urusan catatan kependudukan, sekolah, daftar puskesmas, dll. Fotokopi ini lah, itu lah… Lapor ke kantor sini, kantor sana, kerasa banget ribetnya. Tapi hikmahnya ya biar nanti kalo pulang ke Indonesia nggak kaget-kaget amat deh. Padahal segini ini masih mending daripada administrasi di Jakarta. Setidaknya seingat saya 6 tahun yang lalu… Mudah-mudahan sekarang sudah berubah 🙂

Transportasi

Dulu waktu masih tinggal di Göteborg, nunggu trem 5 menit aja rasanya udah lama bukan main. Segitu ada layarnya jelas, jadi 5 menit itu ya waktu yang sudah diperkirakan. Disini, halte yang punya layar indikator kedatangan cukup jarang. Moda yang paling menjangkau kemana-mana adalah bis. Alhasil jalannya seringkali memutar dan memakan waktu lebih lama. Rekor di-PHP-in kita paling lama adalah… sejam. Dan itu memang bis yang agak ke luar kota, jadi mau nggak mau harus ditunggu karena taksi juga jarang yang lewat 😥

Berita baiknya, kalau waktu di Swedia kemana-mana hampir selalu naik angkutan umum, disini saya lebih sering jalan kaki dan… naik sepeda! Ya, karena Sevilla kotanya bisa dibilang flat. Selain itu, berbagai kebutuhan hidup juga tersedia dalam jarak tempuh yang dekat. Mulai dari kantor si Bapak, sekolah anak-anak, puskesmas, supermarket, apotik, toko baju, dll… Paling saya naik bis kalau mau belanja daging halal atau ke toko Asia.

Oya, Sevilla juga punya sistem langganan sepeda. Namanya Sevici. Jadi saya nggak perlu punya sepeda untuk bisa sepedahan tiap hari. Cukup mendaftar sebesar 37 euro per tahun, maka saya bisa memakai sepeda yang sudah disediakan di tempat-tempat tertentu dan tersebar seantero kota. Caranya, cukup dengan menscan kartu langganan ke mesin semacam ATM, lalu masukkan PIN kita, dan pilih sepeda yang diinginkan. Nanti kunci sepedanya akan terbuka otomatis.

ATM Sevici dan Sepedanya

ATM Sevici dan Sepedanya

Selama 30 menit pemakaian pertama, gratis. Lebih dari itu dikenakan biaya 0,5 euro/jam kalo nggak salah. Setelah memakai sepeda, jangan lupa untuk dikembalikan lagi. Enaknya, nggak perlu ke lokasi yang sama dengan tempat kita mengambil. Tinggal taruh aja di “halte Sevici” terdekat 😀

*Abaikan tampangnya yang girang* Enaknya bersepeda di Sevilla adalah bebas hambatan karena sudah disediakan jalur khusus (berwarna hijau) bersebelahan dengan jalur pejalan kaki.

*Abaikan tampangnya yang girang*
Enaknya bersepeda di Sevilla adalah bebas hambatan karena sudah disediakan jalur khusus (berwarna hijau) bersebelahan dengan jalur pejalan kaki.

Cuaca

Dulu, Profesor suami saya di Swedia pernah bilang kalau dia merasakan real winter itu di Sevilla. Beliau memang pernah 5 tahun bekerja di tempat yang sama dengan suami saya sekarang. Saya sempet nggak percaya. Lha dia orang Swedia asli, terbiasa dengan suhu minus nus nus kok bisa-bisanya bilang gitu. Sampai akhirnya saya merasakan sendiri…

Waktu di Swedia, tiap winter kita rasanya maleeess keluar. Jalanan licin dan beku, dinginnya bukan main. Disini kebalikannya, di dalam rumah rasanya lebih dingin daripada di luar XD Ini karena Sevilla tidak mengenal sistem central-heating. Jadi rumah/apartemen di Sevilla lebih di desain supaya dingin daripada hangat. Karena memang musim panasnya nggak main-main, bisa sampai 50 derajat! Sementara musim dinginnya kalau pagi antara 3-4 derajat dan siang bisa melonjak ke 15 derajat.

Balik ke Göteborg, dulu saya masih bebas pakai baju pendek (dalam rumah) tiap winter karena sudah disediakan penghangat oleh penyedia apartemen. Sementara disini, tiap winter kerjaannya adalah keruntelan berjamaah. Di dalam rumah wajib pake baju panjang, pake sweater, kaos kaki dan sandal bulu. Kadang-kadang jilbaban hahaha XD Anak-anak sih tahan dan malah nggak mau pake alas kaki… Mereka nggak masalah jalan di atas ubin yang rasanya beku. Emaknya ini lho… 😥

Yang berbeda lagi, kalau dulu pemandangan khas ketika winter di Göteborg adalah salju yang menumpuk dan jalanan yang beku dan licin… maka di Sevilla pemandangan itu berganti dengan deretan pohon jeruk disana-sini. Literally di mana-mana. Tapi jangan salah, enak dilihat tak enak dicoba. Rasanya asyeemm sampe nyaris pahit. Suami saya yang penasaran sudah jadi korbannya. Burung aja nggak doyan XD

Deretan pohon jeruk dan Sevici.

—–

Yah.. mungkin awalnya terasa sulit membayangkan untuk memulai kehidupan pada tempat yang baru dan sama sekali berbeda… Manusiawi jika terkadang kita pun membandingkan kehidupan sebelumnya dengan yang saat ini kita jalani. Tapi pengalaman kami selama setahun ini telah memberi gambaran bahwa sesuatu yang berbeda itu ternyata memberi pengalaman dan pelajaran yang kaya bagi kehidupan kami kelak.

Rasanya bahagia ketika saya menjemput Raya pulang sekolah… dan mendapatinya sedang ngobrol dengan teman-temannya dalam bahasa Spanyol. Meski tidak selancar teman-temannya tentunya, tapi dia mau dan tidak malu untuk mencoba. Atau adik Bita yang selalu ber-“Hola hola” ke siapapun hehe XD Kami bisa melihat bahwa apa yang sudah mereka dapatkan, setidaknya, selama setahun ini kelak akan memperkaya wawasannya tentang dunia. We are indeed proud parents 🙂

rayabitaferiasekolah

Raya dan Bita sepulang sekolah 🙂

Well, in the end… Bukan tanpa alasan Allah menempatkan kita di suatu tempat. Göteborg, Sevilla, atau mungkin setelah ini Bintaro? (who knows?). Saya selalu percaya bahwa dimanapun kita berpijak di bumi-Nya maka disitulah Allah akan menurunkan rahmat-Nya. Semoga kita bisa menjadi manusia yang mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa 🙂

Sedikit bonus di postingan kali ini, please, “Come to Seville!” 🙂

46 thoughts on “Setahun di Sevilla…

  1. Saya terkesan dengan sejarah perkembangan Islam sampai jatuhnya, di Sevilla. … Pengalaman bagus mak Riana bisa kesana, ditunggu tulisan selanjutnya yaa…:)

    Like

  2. Selalu kagum deh baca tulisan ibu yang satu ini. Memang org2 swedia sebagian besar individualis banget ya (termasuk suami sayah ahahaha).. pengen banget bisa kesana mumpung masih ada keluarga Ibrahim klo ada rejeki… >.<
    Btw, itu pohon jeruknya walopun ga bisa dimakan, tapi keliatan cantik banget.. jauh lebih cantik daripada pohon apel / pir / ceri yang jg berbuah lebat 😀

    Like

    • ehhh.. ini nggak nyindir Mr. Dahlgren loh, sueerr 🙂
      ditunggu banget kesini… aku juga pingin liat adiknya Alyzza nanti.. 😉

      pohon jeruknya emang cantik cantik, menggoda tapi ya itu, menipu. mas Ibra sampe lepeh-lepeh setelah ngotot mau nyobain *padahal udah aku peringatin, hasil googling hahaÄ

      Like

  3. wahhh seru banget ya dikasih kesempatan oleh Allah “hijrah” ke Swedia dan Spanyol..Banyak hikmah yg bisa dipetik. Saya tertarik dgn bersepedanya…coba ya kl di Indonesia, bisa diberlakukan kayak dI Sevila..bisa mengurasi polusi udara dan kemacetan..#mimpibanget…Ditunggu sharing berikutnya bunda 😉

    Like

    • alhamdulillaah.. iya banget mbak Kartina, padahal kota-kota di Indonesia banyak yang datar ya… tapi melihat walikota-walikota semacam Ridwan Kamil dan bu Risma rasanya optimis kalo suatu saat nanti akan ada perbaikan… semoga saja semakin banyak orang-orang seperti mereka..

      Like

  4. terasa memang ya mak pindah dari negara Nordik ke Eropa bagian Selatan hehehe…tapi cuacanya hangaaat..huhuuu…NYC masih dingin membeku. Waktu kami tinggal di Swiss, kami juga merasakan tertib dan ‘kakunya’ mereka, beda dengan NYC yang ramai dan heboh, seperti Jakarta tapi jauh lebih tertib juga pastinya…Kami sempat mampir ke Sevilla waktu otw ke Granada untuk melihat La Alhambra mak…cantiiik..I love this city :)..dan jejak peninggalan Islam juga masih ada ya mak..cheers et salam kenaal..

    Like

    • huwaaa seru banget Mak, pindah ke NYC.. udah kaya ibukota dunia dalam bayangan saya 😀
      iya Mak, kita pindah dari ekstrim utara yang winternya bisa minus 20 (di kota saya, atau bahkan -40 di kota lain) ke ekstrim selatan yang summernya 50 derajat *kipas-kipas :D*

      iya Mak, andalusia memang cantik-cantik dan beda… coba saya udah di Sevilla dan sudah kenal sama mak Indah, pasti saya ajak mampir ke rumah deh.. disini jarang orang Indonesia soalnya 🙂

      Like

  5. Sebelumnya, salam kenal, mbak.. Bcoz it’s my first time visit here, hehe..
    Mak, sy kadang suka ngiri dg mereka yg bisa tinggal di Luar, terlepas dr segalaa plus minusnya, pengelaman berhrgalah yg kita dapatkan, bisa utk cerita di masa mendatang,, terus tulis2 ttg daerah sana ya, mak.. Salam saya..

    Like

  6. Salam kenal. Mba postingannya bagus ingin rasanya bisa raveling ke sana. anyway tulisan ini bisa memicu diri tuk nabung, doa dan usaha supaya bisa ke sana dan belajar banyak lagi tentang kejayaan Islam dan budaya yang ada di dunia.

    Like

  7. Salam kenal. Alhamdulillah seneng banget bisa diajak jalan jalan ke Sevilla jadi paham secara detail lewat postingan ini. Berharap suatu saat bisa sampai ke sana. Dan tadabur Alam yang pasti asyik banget ya.
    Salam untuk keluarga di sana ya

    Like

  8. Alhamdulillah…. nice sharing Riana. Seneng bacanya! 🙂 Tetep bagaimanapun kangen yotebori kan??? Hehehe….. Selamat (semakin) menikmati hidup di Sevilla ya. Salam untuk anak-anak.

    Like

  9. salam kenal mbak … 🙂
    wah beruntungnya dikau bisa tinggal di tempat secantik Sevilla … penuh dengan sejarah Islam dan pastinya gedung2 tua yang cantik ya. Cant wait to reaad your next post 🙂

    Like

  10. Sevila, tempat dan negara yang baru kukenal via posting ini. Indah budaya, kaya dengan view yang indah. Selamat menikmati kehidupan baru dengan berbagai pengalaman indah dan baru.

    Like

  11. Salam kenal mbak. Seruuu ya pengalamannya. Mau baca cerita seru lainnya aah. Kakak Raya dan Adik Bita pinter ya, anak2 cepat adaptasinya. Semoga semakin betah di tempat yang baru. Suka kalimat terakhirnya mbak, “Saya selalu percaya bahwa dimanapun kita berpijak di bumi-Nya maka disitulah Allah akan menurunkan rahmat-Nya.”
    🙂

    Like

    • Aamiiin2.. Trimakasih sudah berkenan baca ya Mbak.. Salam kenal kembali.. Iya yang paling cepet adaptasi memang anak-anak, mumpung masih pada kecil jadi merantau dulu deh 🙂

      Like

  12. aih, seru mak ceritanya hidup di Seville. Merinding loh membaca bahwa kota ini pernah jadi masa bagian dari peradaban Islam. Ditunggu cerita selanjutnya ya mak 🙂 salam kenal

    Like

    • salam kenal kembali maakk.. makasih banyak udah mampir.. semoga nanti bisa kesini lagi bareng suami juga.. btw, suaminya tugas dimana waktu itu memangnya mak? Airbus bukan?

      Like

    • jeruknya kecut bangett.. biasanya yang ngambil orang2 yang punya usaha selai jeruk, terus diekspor ke luar hehe.
      iya mak, saya menikmati sekali sepedaan disini.. 🙂

      Like

  13. baru sekali ini mampir, and I really love your post! lucu (beberapa kali ketawa deh) dan cerita tentang negara yang bisa jadi seumur hidup ga bakal keturutan dikunjungi. Jadi berasa udah nyampe sevilla…hahaha..nice pst mak ^^

    ~bandarkrupux dimari~

    Like

  14. salam kenaall mb Riana. Duuhh background bunganya cantik, tapi kog aku malah jadi kesulitan baca tulisan2nya yaa? Apa aku yg salah atau memang begini? Huhuhu, pengen banget baca semuanya, selalu menarik baca budaya bangsa lain, tapi sayang aku ga bisa fokus dg tulisan, agak sulit berkonsentrasi pada tulisan karena back ground bunga ini agak mengganggu :(. Huhuhu, maafkan aku berterus terang ya mb 🙂

    Like

    • salam kenal mbak Mayaa.. wahhh maaf ya.. baru kali ini dapat komplen.. kebetulan saya pas lagi pingin utak-atik blog, mudah-mudahan yang sekarang bisa kebaca ya.. 🙂

      Like

  15. dear ibrahims family…dooh kemana aja saya sampe gak tau ada blog sekece ini 😀 kecantol gara gara googling cara membekukan makanan di freezer. menjelajah ke post lain. dan duuhhh…saya jatuh cinta sama blog ini 😀
    sering sering post tentang kehidupan di sana ya mbak, *mupeng* hahha 😀

    Like

    • hello mrs. muhandoko.. hihi, aseeekk.. seneng deh denger ada yg jatuh cinta sama blog sederhana gini.. makasih udah follow.. aku follback ya.. btw, kayanya kita sama-sama di KEB deh 🙂

      Liked by 1 person

      • hai mbak Riana. call me Nana 🙂 ah ya kita sama sama di KEB? KEB emang tempat ketemunya jodoh *eeehh* aah..terimakasih udah di folbek. have a nice day ya mbak :-*

        Like

  16. Pingback: Menjadi “Marbot” di Sevilla: Berkah Menerima Tamu :) | Keluarga Ibrahim

  17. Masha Allah, rasanya senang sekali begitu menemukan blog ini, Perkenalkan mba Riana..nama saya Yuqi. Saya reporter Trans 7. Kebetulan Mei nanti saya akan ke Spanyol untuk liputan program Hafizh Dunia (meliput hafizh cilik di seluruh dunia). Mba Riana, saya boleh minta kontak email mba Riana? saya mau tanya tanya tentang Islam di Sevilla. Terimakasih mba oiya email saya yuqi.savitri@gmail.com

    Like

  18. ah ini kota favorit mertuaku.. wkt mereka msh jd diplomat dulu, srg liburan ke sevilla… 🙂 dgr ceritanya jd pgn kesana bawa anak2… apalagi di sana ada bnyk bngunan2 sejarah ya mba.. paling suka kalo udh traveling ke tempat2 begitu.. tp mungkin aku g bkl dtg pas summer kalo panasnya serem begitu ;p.. ga kuat panas aku -_-

    Like

Leave a comment