Menjejak Jabal Tariq

Dimuat di Harian Republika, 3 Mei 2015

Dimuat di Harian Republika, 3 Mei 2015

Perjalanan ini sesungguhnya bermula dari keinginan kami untuk menapaktilasi jejak Islam di Andalusia. Setelah membuka kembali catatan perjalanan yang telah kami tempuh, ternyata masih menyisakan Gibraltar sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi. Tak ingin menyiakan waktu dan kesempatan, awal musim semi ini pun kami mulai dengan kunjungan ke sana.

Dari tempat tinggal kami di Sevilla, perjalanan ke Gibraltar membutuhkan waktu 4 jam. Bus yang kami tumpangi memiliki tujuan akhir di La Linea dela Concepcion atau biasa disebut dengan La Linea. Kota La Linea merupakan kota di Spanyol yang berbatasan langsung dengan Gibraltar. Meskipun bisa diibaratkan sejengkal jaraknya dari Spanyol, tetapi secara administratif Gibraltar masuk ke dalam wilayah Britania Raya. Hari sudah malam ketika kami tiba di La Linea. Kami pun memutuskan untuk beristirahat di sini sebelum esok hari menapakkan kaki di Gibraltar.

Pagi harinya kami bersiap untuk melintasi perbatasan antar negara. Pos imigrasi di depan kami memperlihatkan antrian yang memisahkan kendaraan bermotor dengan pejalan kaki dan pengguna sepeda. Penduduk Spanyol dan warga negara Eropa lainnya cukup melambaikan paspor mereka di hadapan petugas. Sementara kami, menjalani pemeriksaan visa secara khusus. Lega rasanya ketika akhirnya cap imigrasi Gibraltar sudah tertera di dalam paspor kami. Percaya atau tidak, perpindahan dari satu negara ke negara lainnya ini hanya membutuhkan waktu 15 menit. Itu pun ditempuh dengan berjalan kaki. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan bagi kami.

Pos pemeriksaan Imigrasi di perbatasan Spanyol dan Gibraltar

Pos pemeriksaan Imigrasi di perbatasan Spanyol dan Gibraltar

Dari kota La Linea sebenarnya gunung batu yang merupakan ciri khas Gibraltar sudah dapat terlihat. Penduduk disana menyebutnya dengan The Rock of Gibraltar. Maka ketika akhirnya gunung itu semakin terpampang jelas di hadapan kami, ada rasa bergetar yang tak tertahankan. Siapa yang tak kenal Tariq bin Ziyad, panglima yang membawa Islam masuk pertama kali ke tanah Eropa. Pasukannya berlabuh pertama kali di Gibraltar. Karena itulah gunung batu di sana kemudian dinamakan seperti namanya, Jabal Tariq atau Gunung Tariq. Nama Gibraltar pun merujuk pada nama gunung tersebut.

Tak bisa dipungkiri, dari titik inilah penanda mula keberadaan Islam di benua biru. Alkisah, Tariq bin Ziyad sempat tertidur sebentar dalam perjalanan dari Maroko ke Semenanjung Iberia. Dalam tidurnya ia sempat bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan kejayaan Islam dari pintu selatan benua Eropa. Setelah itulah, 7 abad lamanya sejak tahun 711 M Islam berada di Spanyol. Memberi kontribusi besar kepada sejarah dunia dan umat manusia melalui ilmu pengetahuan.

Rock of Gibraltar atau Jabal Tariq dilihat dari La Linea, Spanyol

Rock of Gibraltar atau Jabal Tariq dilihat dari La Linea, Spanyol

Gibraltar sendiri menjadi saksi dari berbagai peradaban. Jejaknya diawali dengan bukti keberadaan permukiman Neanderthal antara tahun 128.000 dan 24.000 SM. Sementara dalam sejarah tertulis, tercatat bahwa penduduk pertama Gibraltar adalah bangsa Fenisia sekitar tahun 950 SM. Kemudian, Gibraltar ditempati oleh bangsa Karthago dan Romawi. Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, Gibraltar berada dalam kendali bangsa Vandal. Wilayah ini kemudian menjadi bagian Kerajaan Visigoth di Hispania sampai penaklukan Iberia oleh Muslim pada tahun 711 M – 1462 M.

Tahun 1704, selama Perang Suksesi Spanyol, pasukan gabungan Inggris-Belanda menguasai kota Gibraltar. Di bawah Traktat Utrecht 1713, Gibraltar lalu diserahkan tanpa batas kepada pemerintah Inggris. Bisa dikatakan sejak saat itu Gibraltar tidak pernah kembali lagi ke Spanyol. Referendum tahun 1967 dan 2002 menghasilkan hasil akhir dimana penduduk Gibraltar memilih untuk tetap berada di bawah bendera Britania Raya.

Jabal Tariq masih terlihat menjulang di hadapan kami. Keterkejutan kami pun ternyata tidak berhenti di sini. Selepas melewati perbatasan, kami langsung menelusuri jalan menuju pusat kota. Tak sampai 300 meter dari pos imigrasi, di depan kami terbentang jalan utama yang juga merupakan landasan pacu pesawat. Sungguh suatu hal yang tidak biasa. Pantas saja, batin saya, inilah sebabnya Bandara Internasional Gibraltar menjadi salah satu tujuan para penggemar dunia penerbangan.

Bandara ini menempati peringkat kelima sebagai bandara paling ekstrim di dunia. Pasalnya, jalan utama untuk kendaraan bermotor maupun pejalan kaki menuju pusat kota memang dibuat melintasi landasan pacu bandara. Bukan pemandangan langka jika anda melihat deretan mobil atau pejalan kaki melenggang di jalan yang umumnya hanya diperuntukkan bagi pesawat.

Bersepeda Melewati Landasan Pacu Pesawat

Bersepeda Melewati Landasan Pacu Pesawat

Memandang Spanyol di balik lintasan pesawat dan bandara Gibraltar

Memandang Spanyol di balik lintasan pesawat dan bandara Gibraltar

Penataan ruang di Gibraltar memang benar-benar dimanfaatkan seefisien mungkin. Tidak heran, karena Gibraltar hanya memiliki luas 7 km persegi. Wilayah administratif ini menempati peringkat ketiga terkecil di dunia setelah Vatikan dan Monaco. Dengan sembilan jalur bus, bisa dikatakan hampir setiap sudut Gibraltar terjangkau oleh angkutan umum.

Berjalan kaki menuju pusat utama kota Gibraltar memakan waktu sekitar 20 menit. Jika mau, wisatawan juga bisa menumpang bus nomor 5 yang khusus mengangkut penumpang dari perbatasan. Bus ini menetapkan tarif sebesar 1,2 £ atau 1,7 Euro. Mata uang yang digunakan di Gibraltar memang berupa Poundsterling, tetapi Euro juga banyak diterima meskipun nilai tukarnya cenderung lebih rendah.

Sampai di pusat kota, yang lebih dikenal dengan nama Market Place, ada beberapa pilihan bus untuk melanjutkan berkeliling kota. Bus di Gibraltar gratis bagi para penduduknya, sementara untuk pengunjung dikenakan tarif sebesar 1.5 £ untuk sekali jalan atau 2.25 £ untuk satu hari. Tujuan pertama kami saat itu tentu saja ingin segera berada di puncak Jabal Tariq. Untuk bisa mencapai kesana, bisa dilakukan dengan berjalan kaki selama sekitar 1 jam, menumpang taksi, atau menaiki cable car. Kami lantas memilih opsi yang terakhir.

IMG_5595

Pusat Kota Gibraltar

Bus nomor 3 dari Market Place membawa kami langsung di depan poin keberangkatan cable car. Beruntung cuaca hari itu sangat baik, karena jika angin berhembus kencang cable car tidak akan beroperasi. Tiket cable car sekali jalan menuju puncak gunung adalah 9,5 £, sementara tiket pulang-perginya dikenakan tarif sebesar 12 £.

Tak lama rupanya bagi cable car untuk bisa mencapai ke puncak. Total hanya membutuhkan waktu selama 6 menit untuk membawa kami mendaki setinggi 426 meter. Meskipun singkat, tetapi menaiki cable car memberi pengalaman yang sangat berkesan. Pemandangan yang terhampar di hadapan kami sungguh luar biasa. Pertemuan antara laut mediterania dan samudera atlantik terbentang luas di hadapan kami. Sementara lanskap kota Gibraltar sendiri juga tak kalah menarik untuk dinikmati.

Cable Car ke Puncak Jabal Tariq

Cable Car ke Puncak Jabal Tariq

Sebagian sisi Jabal Tariq atau Rock of Gibraltar

Sebagian sisi Jabal Tariq atau Rock of Gibraltar

Berfoto dengan Latar Belakang Jabal Tariq... Masya Allah, Allahu Akbar!

Berfoto dengan Latar Belakang Jabal Tariq… Masya Allah, Allahu Akbar!

Sesampainya kami di puncak, pemandangan yang terlihat lebih indah lagi. Samar-samar di balik kabut, terlihat benua Afrika di seberang sana. Sementara hamparan pegunungan Spanyol juga terlihat berbaris cantik di arah yang berlawanan. Menjejak Jabal Tariq kemudian membawa kami ke dalam renungan akan kebesaran Tuhan yang tak berbatas. Sungguh pengalaman yang luar biasa untuk dapat berdiri di atas pertemuan dua benua dan dua lautan. Rasa syukur pun membuncah dalam hati akan kesempatan yang kami dapatkan saat itu.

Setelah puas menikmati pemandangan dari atas puncak, kami lalu berjalan menuruni gunung. Beberapa ekor kera berjenis Barbary Macaque muncul seolah-olah menyambut kedatangan kami. Gunung batu Gibraltar memang dihuni oleh sekelompok kera yang juga menjadi daya tarik turis. Konon, habitat asli kera ini adalah di Afrika Utara. Keberadaan mereka di Gibraltar diduga karena dibawa oleh para penduduk Maroko yang banyak bermigrasi ketika masa kekhalifahan Islam di Spanyol. Kera ini hidup liar di Gibraltar, dan para pengunjung dilarang untuk memberi makan kepada mereka. Yang harus diperhatikan, kera ini cukup jahil. Jangan sekali-kali menenteng kantong plastik karena mereka pasti akan merebut dan mengiranya sebagai bungkusan makanan.

Seekor kera muncul dari sela bebatuan di Jabal Tariq

Seekor kera muncul dari sela bebatuan di Jabal Tariq

Selepas berinteraksi dengan kera, kami pun memutuskan turun ke pusat kota dengan cable car. Rasa lapar membawa kami kembali ke Market Place yang memiliki banyak pilihan restauran. Selain menerima dua mata uang, penduduk Gibraltar juga fasih berbahasa Inggris dan Spanyol. Karena itu tidak heran jika restauran pun menawarkan menu dalam dua bahasa tersebut.

Perut yang terisi kemudian memberi kami tambahan energi. Tujuan kami selanjutnya adalah Europa Point. Tempat ini dinamakan demikian karena lokasinya yang berada di ujung benua Eropa. Uniknya, sebuah masjid berdiri tegak disini. Masjid Ibrahim Al Ibrahim, dibangun dengan dana bantuan dari Arab Saudi sebagai bentuk memorial atas masuknya Islam ke benua biru ini. Karena posisinya, masjid ini dinobatkan sebagai masjid paling selatan yang berada di Eropa. Kami pun menyempatkan untuk shalat dzuhur di sana. Pemandangan dari Europa Point sendiri tak kalah spektakuler. Menyuguhkan benua Afrika yang tepat berada di hadapan kami.

Masjid Ibrahim al Ibrahim, Masjid paling selatan di Benua Eropa

Masjid Ibrahim al Ibrahim, Masjid paling selatan di Benua Eropa

Selepas dari Europa Point, kami lalu melanjutkan perjalanan ke Moorish Castle. Kastil ini berdiri tepat di tengah Jabal Tariq dan merupakan peninggalan yang tersisa dari jejak Islam di Gibraltar. Moorish Castle selesai berdiri pada abad ke-8 dan menjadi benteng pertahanan yang penting di masa itu. Bentuknya mirip dengan Qasbah atau benteng yang biasa ditemui di utara Afrika seperti di Maroko atau Algeria. Pada perjalanannya, dalam kontrol pemerintah Inggris benteng ini kemudian sebagian digunakan sebagai penjara hingga tahun 2010.

Moorish Castle

Moorish Castle

Hari sudah petang ketika kami memutuskan untuk meninggalkan Gibraltar. Gunung batu itu pun seakan melihat kami dari kejauhan. Berdiri tegak di belakang sana, melepas kami dalam perjalanan pulang ke La Linea. Tak bisa dipungkiri, kekokohan dan kegagahannya memberi kesan akan keberanian sang penakluk dari 14 abad yang lalu.

Sebagai tips bagi anda yang ingin berkunjung kesini, ada baiknya jika akomodasi berlokasi di kota La Linea. Selain memang nilai Poundsterling yang lebih tinggi dari Euro, harga penginapan di Gibraltar juga relatif mahal. Padahal, jarak dari La Linea ke Gibraltar bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Hotel dengan berbagai pilihan kelas dapat ditemui dengan mudah di sekitar perbatasan La Linea dan Gibraltar. Selain itu, pastikan bahwa anda memiliki visa masuk ke wilayah Inggris karena visa schengen tidak berlaku di sana.

Oleh: Riana Garniati Rahayu, Traveller, Tinggal di Sevilla, Spanyol.

12 thoughts on “Menjejak Jabal Tariq

  1. MashaAllah keren sekali.. Selalu nunggu2 update blog nya mba Riana. Khusus nya yang travelling, hihi
    Cita – cita banget travelling ke Gibraltar, semoga dimudahkan, Amiin..

    Like

  2. Assalammu’alaikum, Mbak Riana. Terimakasih atas sharing2 yang mencerahkan. Salam kenal dari fans baru di Indonesia 😀

    Like

  3. Pingback: Seberkas Cahaya dari Andalusia | Keluarga Ibrahim

  4. Assalamualaikum.. Salam kenal mba.
    Wah.. Mba tinggal di Sevilla ya, pingin banget lho ke andalusia, semoga bisa terwujud.
    Ceritanya bagus2 lho hehe

    Like

  5. Masya Allah… terbayang gimana perjuangan Tariq bin ziad membawa kalimat Laailaha illallah di spanyol…
    Gunung Tariq sebagai saksi bisu seakan akan berucap Islam pernah berjaya di negeri ini…

    Like

Leave a comment