tangis hamim kecil

saya terlahir dari keluarga pesantren di garut – jawa barat, tapi nasib membawa saya lahir dan besar di jakarta. nasib juga yang membawa saya untuk bisa menikah dengan suami saya, yang bergaris kuat pesantren jawa timur-an.

meskipun saya berasal dari keluarga pesantren, tapi karena pengelolaan pondok tidak berada langsung pada garis kakek dan nenek saya, maka saya sendiri sebenarnya belum begitu familiar dengan kondisi pesantren yang sesungguhnya. ketika akhirnya saya menikah, di saat itulah banyak cerita-cerita yang baru saya ketahui.

pondok pesantren kami (saya membahasakan “pondok pesantren kami” untuk “pesantren asuhan bapak dan ibu mertua saya”) adalah pondok sederhana di desa Jatinom, Kanigoro, Blitar. dengan nama Pondok Pesantren Maftaahul Uluum, jumlah santri disini “hanya” sekitar 80 orang yang sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu.

sebagai penerus, keluarga besar sudah mempercayakan pondok di masa yang akan datang kepada kakak nomor 3 suami saya, mas zaka yang seorang alumnus arsitek univ brawijaya, dan istrinya mbak laily yang seorang hafidzul qur’an.

tahun ini (2008), mas zaka membuat terobosan dengan membuka SMP Nabawi Maftaahul Uluum secara gratis, dengan bantuan para donatur bagi 22 anak-anak kurang mampu. sebagian besar dari mereka berasal dari kaki gunung kidul. anak-anak yang bahkan datang ke pondok kami hanya dengan 2 helai baju yang sudah robek disana-sini..

…..dan anak-anak smp ini, sungguh anak-anak luar biasa yang terus mengiris getir hati saya…..

kebetulan seminggu yang lalu saya berkesempatan mudik ke blitar, dan ternyata kepulangan saya bertepatan dengan minggu pertama dimulainya kegiatan di SMP Nabawi Maftaahul Uluum.

suatu malam, kebetulan saya sedang ngobrol-ngobrol dengan mbak laily..

saya: mbak, anak-anak yang ada di aula itu anak-anak smp yang baru dibuka ya?

mbak laily: iya, baru jalan mulai 1 agustus (*pembicaraan ini berlangsung pada 5 agustus*)..

saya: lho, kan tahun ajaran baru udah mulai dari pertengahan juli, mbak..

mbak laily: ya gimana… kalo sebelum tanggal 1 agustus, perlengkapannya belum ada..

……hening……

saya: anak-anak ini asalnya darimana mbak?

mbak laily: dari daerah gunung, gunung kidul sana.. mas zaka minta bantuan sama temennya disana, tolong dicarikan anak-anak yang putus sekolah, untuk bisa disekolahkan disini.. kan untuk menentukan siapa muridnya gak bisa sembarangan, karena ini bener-bener sekolah gratis untuk yang tidak mampu…

…..hening……

mbak laily: oya dik riana, ternyata anak-anak perempuan itu lebih kuat ya daripada anak laki-laki…

saya: memangnya kenapa mbak?

mbak laily: kemarin sore, ada 4 anak laki-laki yang menangis… katanya kangen sama ibunya.. mereka khawatir, siapa yang jagain ibunya,, siapa yang bantuin ibunya cari kayu bakar…

……hening……

mbak laily: barusan juga masih ada yang nangis lagi, katanya masih kangen sama ibunya,, minta dipeluk.. ya sudah kupeluk… di lain sisi, aku seneng karena mereka sudah menganggap aku seperti ibunya…

…..sungguh, saya gak bisa membayangkan apa saya sanggup berada dalam situasi seperti ini…..

mbak laily: namanya HAMIM, anak yang kemarin sore mengkhawatirkan siapa yang akan nemeni ibunya cari kayu bakar…

………………………

dan hamim kecil masih menangis.. seringkali saya dan suami saya menemukan dia termenung sendiri di pojok kelas, ketika teman-temannya asik menonton film.. atau menyendiri di luar, ketika teman-temannya asik senam bersama..

ahh, hamim… tegakkan kepalamu, berjuanglah untuk ibumu…

kita sama-sama berdoa ya, mudah-mudahan akan ada semakin banyak orang yang bantu kita, sehingga kamu bisa pake baju seragam ketika ibu kamu dengan bangga menjemput di hari raya nanti…

kita sama-sama berdoa hamim, jangan menangis lagi..

Advertisement

10 thoughts on “tangis hamim kecil

  1. Wah, tulisan yang menginspirasi. Supaya kami2 ini yang dengan “mudah” mendapatkan ilmu tambah semangat untuk belajar.

    Karena ilmu adalah amanah. Ilmu punya dua hak: diamalkan dan diajarkan.

    Semoga saudara2 Mbak bisa tetep istiqomah, sabar dalam menjaga Pondoknya.

    Like

  2. @ fisha17

    amiin.. iya mas, sebagian dari mereka anak yatim. trimakasih infonya ya mas.. 🙂

    @ achoey sang khilaf

    trimakasih infonya mas.. 🙂

    @ agung firmansyah

    amiin.. insyaAllah, trimakasih doanya mas agung.. 🙂

    @ kakanda

    insyaAllah ya mbak, amiin.. 🙂

    @ hk

    insyaAllah her.. 😉

    Like

  3. u huiii , om tante gmn khobare? ingat aku yaaa…! aku tunggu souvenirnya….. ini lagi momong adik kecilku rasya….

    Like

  4. Tuku telo nang demangan, dadi kolak terus dipangan, sugeng siyam dumateng panjenengan. Mugi-mugi Allah paring pangapuran.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s