Leiden: Menelusuri Jejak Mbah KH. Imam Bukhori

sudah lama sebenarnya kami diamanati untuk mencari tahu sejarah tentang mbah KH. Imam Bukhori. beliau adalah mbah buyut dari suami saya. selain karena pesantren yang didirikan beliau saat ini dilanjutkan oleh keluarga kami, bapak, ibu mertua, dan kakak-kakak ipar saya, tentu saja juga karena Belanda bisa diibaratkan hanya “sepelemparan batu” dari Swedia. oleh karena itu hukumnya wajib untuk mencari tahu tentang mbah Bukhori selagi kami masih di Swedia.

Leden van de Sarekat Islam, vermoedelijk tijdens een vergadering te Blitar

Leden van de Sarekat Islam, vermoedelijk tijdens een vergadering te Blitar

petunjuk awal mengenai jejak mbah Bukhori kami dapatkan dari gambar ini (beliau yang duduk di tengah dengan tangan bersedekap). namanya  juga kami temukan tercantum dalam suatu dokumen pdf disini (ditulis: Imam Boekari). maka, jelas sudah, perpustakaan KITLV (Royal Netherlands Institute of South East Asia and Caribbean Studies) di Universitas Leiden akan menjadi tujuan kami.

alhamdulillah, tanggal 7-11 Januari 2013 kami pun berkesempatan mengunjungi Belanda. hari pertama setelah tiba, Leiden langsung kami datangi. perpustakaannya kecil, dan terlihat biasa-biasa saja, tapi koleksinya… wow! mereka punya gudang yang saaaaangat besar di bawah tanah. jadi, kalau kita menemukan sesuatu yang kita cari di katalog, yang harus kita lakukan adalah melakukan “request” di sistem online, kemudian tiap satu jam sekali koleksi-koleksi yang sudah di-request akan diangkut dari gudang ke perpustakaan.

tujuan khusus kedatangan kami sebenarnya ingin mencari lebih dalam tentang kisah beliau di pembuangan (Banda Neira, Maluku). karena untuk yang ini, informasinya masih sangat minim. suami saya pun fokus dengan kata kunci “Banda Neira” selama awal kami berada di perpustakaan. sementara saya, akhirnya memilih untuk menemani Raya bermain di luar.

main di luar sambil nunggu bapak :)

main di luar sambil nunggu bapak 🙂

ketika 20 menit kemudian saya kembali ke perpustakaan, hasilnya ternyata nihil. ada banyak dokumentasi tentang Banda Neira, tapi selain ditulis dalam bahasa Belanda, kami belum menemukan dokumentasi yang benar-benar mencantumkan nama beliau .

naluri Mcgyver saya mulai bangkit. biasaaaa, kalau untuk urusan utak-atik begini, suami lebih sering dikalahkan oleh saya heheheh 😛

😛

ketimbang menelusuri jejaknya di Banda Neira seperti yang suami saya lakukan, saya memilih untuk fokus dengan “bekal” yang sudah ada. foto bukti kiprahnya di Sarikat Islam dan dokumen pdf. dokumen tersebut menuliskan beberapa rincian, sepertinya dokumentasi-dokumentasi yang telah dikumpulkan oleh Godard Arend Johannes Hazeu, orang yang memiliki foto mbah Bukhari. awalnya, saya mengira bahwa dokumen tersebut hanya semacam “daftar pustaka” dari foto-foto yang dimiliki G.A.J Hazeu. ketika kemudian saya terjemahkan ke dalam bahasa Inggris, saya mulai merasa tergelitik, karena ditulis seperti ini:

“Copies of some of my opinions on religious movements: 1. About the Sasak Dane, 2, 3. About Dirmodjojo Bendoengan Baron I and II; 4. About Imam Boekari (Kediri) 5. About Hadji Ngabdoelngalim (Jokjakarta) 6. About the loerahs of Gapoera and Toegoe (Modjokerto). From 1908 to 1917.

Copies of some of my opinions on religious movements….? lebih terasa seperti judul buku ketimbang judul foto! saya pun akhirnya memutuskan bertanya pada petugas perpustakaan (sementara suami, akhirnya berhasil menidurkan Raya hehehe).

saya: ada yang ingin saya tanyakan tentang dokumen ini, sepertinya ini menceritakan tentang kakek buyut kami.

petugas perpus: *membaca dokumen yang saya tunjukkan kemudian menjawab* oh sebentar saya carikan di sistem ya. *setelah beberapa saat* ya, kami punya datanya! dokumentasi ini berupa kopi dari suatu buku, tapi publikasinya sudah tidak berbentuk buku lagi, melainkan dalam bentuk microfiche. untuk bisa membacanya, kalian harus dibantu dengan alat khusus.

kami: microfiche? *bengong karena belum pernah dengar sebelumnya hehehe*

petugas perpustakaan pun kemudian menjelaskan apa yang dimaksud dengan microfiche. jadi, microfiche adalah semacam kumpulan klise yang disatukan dalam suatu lembaran. rata-rata tiap lembar ada sekitar 20 klise. untuk melihatnya, kita harus memasukkan lembaran klise tersebut ke dalam scanner (mirip seperti kaca preparat kalau di laboratorium), kemudian hasil scan tersebut akan muncul di dalam layar. nah, kalau berdasarkan wikipedia, begini penjelasannya:

A microfiche is a flat film 105 x 148 mm in size, that is ISO A6. It carries a matrix of micro images. All microfiche are read with text parallel to the long side of the fiche. Frames may be landscape or portrait. Along the top of the fiche a title may be recorded for visual identification. The most commonly used format is a portrait image of about 10 x 14 mm. Office size papers or magazine pages require a reduction of 24 or 25. Microfiche are stored in open top envelopes which are put in drawers or boxes as file cards, or fitted into pockets in purpose made books.

setelah request ke sistem online, kami harus menunggu sekitar sejam untuk mendapatkan microfiche yang kami inginkan diambil dari gudang. petugas pun membantu bagaimana caranya menggunakan microfiche untuk pertama kalinya.

kendala pertama: microfiche tidak bisa dicopy, karena bentuknya bukan material buku asli. jadi jalan satu-satunya adalah dengan cara memfoto satu persatu halaman/klise dalam satu lembaran microfiche.

kendala kedua: tulisannya ditulis dalam bahasa kompeni, hehehe.

kendala ketiga: ada yang diketik pakai mesin tik, ada yang ditulis tangan (untung tulisan pak Hazeau ini indah dilihat, jadi cukup terbaca)

begini cara menggunakan microfiche :D

begini cara menggunakan microfiche 😀

subhanallah.. betapa takjubnya kami melihat nama dan catatan tentang mbah Bukhori (disitu tertulis Imam Boekari dari Kediri) ada dalam dokumentasi seratus tahun yang lalu. khusus untuk mbah Bukhori, pak Hazeu ini menulis 15 halaman tentang beliau.

sepulang dari Leiden, rasanya lega sekali… walaupun dokumentasi tentang beliau di Banda Neira tidak berhasil kami dapatkan, tapi kami membawa oleh-oleh data tentang beliau yang ditulis dengan gaya semacam biografi oleh seorang pegawai pemerintah Belanda pada zamannya (yang mana, data-data tersebut menanti untuk diketik ulang dan di translate hehehe. ayoooo, tugas Bani Bukhori yang lain yaaa :P).

sungguh, saya sangat bangga. walaupun saya bukan keturunan langsung mbah Bukhori, tapi saya menikah dengan keturunannya (yang otomatis menjadikan saya masuk ke dalam Bani Bukhori) serta telah dan akan melahirkan keturunan-keturunannya. dan seperti kata suami saya, sungguh tidak ada niatan untuk membesar-besarkan. karena bagi kami, orang tua, kakek dan semua leluhur adalah pahlawan yang harus selalu difatikhai sesudah sholat =)

16 thoughts on “Leiden: Menelusuri Jejak Mbah KH. Imam Bukhori

    • seru banget Vi.. kalo aku jadi menteri pendidikan, semua guru sejarah secara bertahap akan tak studi banding-kan ke Leiden wkwkwkw…
      miris rasanya, mereka punya data yang sangat lengkap tentang bangsa kita ketimbang diri kita sendiri. dan kalo baca-baca sekilas dokumentasi disana, ada kemungkinan banyak buku sejarah kita di Indonesia sudah dipelintir dari aslinya 😦

      Like

  1. kemaren juga aku ke kitlv. lengkap bangetttt koleksinyaa…tp bingung karna smua bahasa londooo…hahaha…
    iya bener, orang blanda kayanya lebih tau sejarah indonesia dibanding kita yang lahir, besar dan hidup disini….

    Like

  2. Salam kenal.
    Saya juga keturunan mbah imam bukhori dari istri di wates kulon progo. Tepatnya di desa nggadingan. Walau cuma buyut dari ibu saya yg salah satu putrinya RFX projopraptosiswoyo salah satu putra beliau. Susah ya kalau punya kakek buyut beristri 14

    Like

  3. saya malu sebagai salah satu keturunan mbah yai Imam Bukhori di Blitar terasa sangat kecil tidak ada apa apanya jika mendengar pejuangan beliau yang luar biasa gigihnya .Semoga Allah SWT menempatkan beliau sesuai dengan perjuangannya Aamiin.Salam untuk om Ibrahin dan mbak Riana,salam kenal untuk Mas Beni di kulon Wates Progo

    Like

  4. Mohon maaf, kalau boleh tanya,
    Om Ibrahim itu keturunan dari mbah Boekari dari siapa ya? Supaya lebih kenal silsilahnya. Dan apakah eyang Boekari yang dimaksud bernama kecil Suraji putra dari KRT Joyomanjoyo / Donomanjoyo putra Pangeran Suryo Putro ? Trimakasih

    Like

    • Salam Pak Beni, maaf baru membalas karena saya harus konfirmasi dulu dengan keluarga.

      Sepertinya yang kita maksud adalah mbah KH. Imam Boekhari yang berbeda, Pak.

      KH Imam Boekhari kami adalah putra KH Kahfi Sani yang merupakan putra KH Sobarudin. Trah-nya dari Sunan Giri. Demikian 🙂

      Like

  5. Salam mba Riana
    Terimakasih atas infonya,
    Ternyata hanya sama gelar tetapi beda jalur keturunan. Soalnya putra beliau dari istri pertama adalah R Sanusi bupati Kediri, dan putra beliau dari istri kedua adalah R joyonegoro bupati Bojonegoro.
    Jadi saya pikir yg menulis ini keturunan dari putra di Jawa Timur.
    Trimakasih

    Like

  6. Assalamualaikum. Mbak Riana (ijin memanggil Mbak) saya Fuad Ngainul Yaqin, dosen UNU Blitar. Mbak saya sedang meneliti mengenai sejarah KH Imam Bukhori, juga sedang melakukan digitalisasi beberpa manuskrip yang disinyalir milik Mbah Kyai Imam Bukhori. Bisakah saya kontak njenengan. matur suwun sebelumnya

    Like

Leave a comment