#CeritaBapak

Guimarães (sumber: Getty Images)
“Jadi tidak ada musola sama sekali? Musola ukuran 1×2 meter lah ..minimal untuk satu orang bisa sholat?” Saya bertanya dengan penuh kekhawatiran..
“Nggak ada mas…memang tidak ada sama sekali”..begitu yang tertulis di chat box Facebook dari teman saya di seberang.
“Berarti nggak ada Muslim juga ya?” sambung saya…
“Setau saya satu satunya Muslim hanyalah penjual kebab yang ada di jalan XYZ. Jadi setiap Jumat saya harus pergi ke Braga, 50 menit naik bis!”..
Bismillah ya Allah…Ini akan menjadi perjalanan penuh rekor dalam banyak hal untuk saya..
Dulu ketika di Swedia delapan tahun yang lalu, saya sempat khawatir tidak akan menemukan mesjid, dalam kenyataanya di suatu area bernama Bellevue tidak hanya satu tapi ada TIGA mesjid berdekatan dalam radius kurang dari 100m (mesjid Bosnia, Mesjid Iran dan mesjid Saudi/Somalia)–saya langganan mesjid Bosnia yang sholat Jumatnya cepat. Lebih dari itu, saya juga bisa merasakan kemewahan sholat Jumat di kampus (Student Hall)…Dua tahun terakhir malah bisa sholat di Goteborg moske (mesjid Raya Gothenburg) yang terbangun elit di daerah sekitar Gothenburg CBD dekat dengan kantor SVT (TVRI nya Swedia), Volvo, dsb.
Tiga tahun yang lalu pindah ke Seville, saya sudah tahu sebelumnya saya akan berjumpa dengan musolla di sana. Saya sempat berkunjung di kota ini dua tahun sebelum saya mulai kerja . Saya tahu at worst ada sebuah musolla kecil . Tapi setidaknya ada!! Terakhir-terakhir saya tahu meskipun kota warisan Islam ini tanpa mesjid yang layak, minimal masih ada 5-6 musola tersebar dengan variasi ukuran. Saya tidak hanya bisa solat fardu maghrib setelah pulang kantor-kadang-kadang…Kalaupun mau saya bisa ikut rutinitas wirit seminggu sekali setiap malam Jumat sampai jam 12 malam yang bahkan di Jakarta-pun sesuatu yang harganya “mahal”
The next level….
Kurang dari 30 jam dari sekarang, insyaAllah saya akan menapaki satu kota, bernama Guimarães sekitar 40 menit dari Porto dan 30 menit dari Braga, yang benar-benar tidak ada mesjid di sana….Kata teman mahasiswa Indonesia yang sharing di atas.
Itulah mengapa saat Jumat terakhir di Jakarta kemarin, setelah mandi bersih, memakai sarung, berjalan menyusur jalan komplek rumah ke mesjid untuk sholat Jumat…rasanya: bersyukur sekali merasakan menjadi Muslim di Indonesia…yang semuanya sangat mudah.
Semoga Allah menjaga kami semua, keluarga di Indonesia dan terlebih setiap jejak langkah ini selalu dalam Ridha Allah…Semoga pembelajaran di tempat yang baru ini juga akan penuh dengan ilmu untuk menjadi orang yang ridho dan sabar…
Bismillahi majreha wamursaha inna robbi laghofurun rohim..
* The next chapter of life at Guimaraes- one of the European Capitals of Culture in 2012