Sudah lebih dari setahun sejak update saya yang terakhir di blog ini… Selama setahun tersebut, alhamdulillah banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan keluarga kami.
Dan, peristiwa yang paling besar selama setahun kemarin, justru datang dari seseorang, yang saat ini, masih memiliki ukuran paling mini 🙂
Peristiwa besar-Nya yang tercatatkan dalam Lauhul Mahfudz.
The birth of our number 4 🙂
Awalnya memang jujur saja, terasa tidak mudah. Apalagi Alma, si nomer 3 masih 10 bulan usianya ketika saya positif hamil.
Gejolak hormon ibu menyusui yang masih belum stabil membuat situasi saya sempat berbeda. Ditambah lagi kehamilan itu terjadi di saat terakhir sebelum suami saya merantau ke Portugal. Kehamilan yang justru saya ketahui ketika Bapaknya anak-anak sudah di seberang sana selama hampir 2 bulan.
Maka kepasrahan pun sampai di titik terbaiknya. Ketika akhirnya hasil USG memprediksikan bahwa kali ini janinnya laki-laki, kepasrahan itu lah yang membuat kami tidak lantas ber-euforia…. Karena hebohnya sudah habis di depan, ketika hasil test pack-nya menunjukkan garis dua 🙂
Sungguh, ini adalah hadiah dari-Nya yang tidak pernah kami duga. Sebagaimana ketiga kakak perempuannya yang telah hadir lebih dulu.
Lalu berdatangan lah komentar-komentar selama saya hamil…
“Kayaknya ini sih perempuan lagi ya…”
“Wah, udah hamil lagi aja, nggak KB?”
“Masih penasaran pengen cowok ya?”
“Waaahhh, akhirnya cowok juga ya!”
Sampai ke…
“Mau tau dong programnya, gimana sih biar akhirnya bisa dapet laki-laki?”
Pertanyaan yang, sumpah, saya juga nggak bisa jawab. Karena pada akhirnya saya semakin meyakini, tidak ada program yang lebih baik selain dari tangan-Nya. Sang Maha Pemberi Keputusan.

This actually sums up 90% of my life story
Siapa sangka malam-malam sepi kami selama 5 tahun, kini berganti dengan riuh yang nyaris tak berhenti, bahkan hingga dini hari.
Sungguh saya bersyukur, pernah melewati (cukup) panjangnya hidup hanya berdua, memiliki 3 anak yang semuanya perempuan, sampai sekarang akhirnya genap menjadi keluarga setengah lusin. Saya belajar menempatkan diri dalam berbagai sudut pandang orang lain. Because, hey, I was there too.
Memiliki 4 anak saat ini juga membuat saya semakin menyadari bahwa pembelajaran menjadi orang tua sebenarnya tiada berbatas. Makin saya tahu bahwa setiap anak berbeda, makin banyak pelajaran yang saya dapatkan. Semakin banyak pula empati yang harus saya bangun, minimal terhadap anak-anak saya.
Jangankan berbeda gender, yang sama perempuannya pun memiliki tantangan yang tak sama.
Ada yang sejak bayi tidak pernah disuapi, ada yang sudah punya adik 2 masih aja minta disuapi, ada yang cepet bisa jalan, ada yang sampai sekarang masih asik merangkak… Mereka berbeda, dan saya tidak boleh menyeragamkan.
Lebih jauh lagi,
saya juga belajar untuk tidak menyeragamkan standar kebahagiaan.
Ada yang bahagia karena telah dikarunia anak yang banyak.
Ada yang bahagia karena anaknya perempuan/laki-laki semua.
Ada yang bahagia karena anaknya sepasang.
Ada yang bahagia karena memiliki seorang anak saja.
Ada pula yang tetap berbahagia meski amanah Allah belum mampir kepadanya.
Bahkan beliau yang disebut sebagai ibunya para mukmin, Ummul Mukminin Aisyah RA pun tidak dikarunai anak hingga akhir hayatnya.
Maka semoga kita selalu bisa bersyukur dan bersyukur dengan apapun jalan-Nya… Because Allah will only give the best.
Ayman, si kecil nomer 4 itu pun kami namakan dengan arti Pembawa Cahaya Kebenaran. Umurnya baru saja lewat setahun, giginya sudah 6 (mau 8) dan nggak bisa diam 🙂
Semoga kami bisa menjaga dan mendidiknya menjadi manusia yang shalih dan bermanfaat.

Mungkin tak ada birth story atau pregnancy story terpublikasi di blog ini seperti ketiga kakakmu. Tapi percayalah, sayangnya Ibu tak ada beda😘
Saya baru 1 mak..istri gak KB..pengen nambah lagi sih..hehee..
LikeLike
Semoga selalu diberi yang terbaik Bos 😊
LikeLike
Tabarakallahu mba Riana sekeluarga 💜 Semoga kelak anak-anak menjadi anak yang sholih dan sholihah, penyejuk mata kedua orang tua nya.
LikeLike
Aamiin ya Allah.. trimakasih banyak doanya mbaakk ❤️
LikeLike
mbak Riana, kangen baca tulisan mbak di blog. Saya dulu ngikutin dari cerita yang cuma berdua, trus sampai sekarang udah jadi keluarga setengah lusin.
btw, mas Ayman usianya sepantaran anak saya nih.
sehat sehat selalu sekeluarga ya mbak
LikeLike
Masya Allah mbaaakkk.. aku terharu.. makasih banyak ya mbak, tulisan yg gak seberapa ini sudi dibaca❤️
Waahh iya mbak, seumuran bgt sama little M.. kelahiran agustus akhir atau september awal kah? Anakku pertengahan september 😄
LikeLike
Kaangen baca cerita mbak Riana… iya Alma sama Ayman kurang publikasi, hehe dulu Raya sama Bita saya selalu ngikutin ceritanya
LikeLike
Salam kenal mbak Riana.. habis baca buku “Menjejak Andalusia” jadi googling nemu blog ini.. buku yg sgt menginspirasi.. barokallahu fiikum
LikeLike