bukan,, tulisan ini bukan untuk ngebandingin antara saya dan bajaj,, yaa walaupun sama-sama ngejreng
jadi begini, hari-hari saya 5 bulan belakangan ini diwarnai oleh bajaj, bajaj, dan bajaj (2 kali sehari 10 kali seminggu, berhubung kantor suami dan kantor saya beda arah),,
apa boleh buat, gak ada jalan lain dari terminal blok m ke kantor saya di daerah wijaya kecuali dengan bajaj. kendaraan mahadahsyat berwarna oranye gonjreng ceria (kadang saya suka mikir, apa bajaj ini anaknya metromini,, warnanya kok sama, tampangnya kok enggak –mungkin anak angkat kali ya, kita anggap aja begitu–)
nah, belakangan ini saya suka merhatiin bajaj varian beda, alias bajaj bbg berwarna biru (5 b, dong).
bukan,, bajaj bbg ini bukan kancil,,
kalo kancil sih saya udah pernah naik.. dan lagi, kancil tu ya kancil, bukan bajaj.
yak lanjut, jadi pada intinya saya pengeeenn banget naik bajaj bbg itu (terobsesi) tapi kok ya gak pernah ada ya di sekitar blok m.. pengen ngerasain sensasinya bajaj bbg..
yang bikin shock, bajaj bbg ini telah mematahkan stereotype bajaj tradisional yang mana “hanya Tuhan dan supir bajaj yang tau kapan dia belok”…
iya! iya! bajaj bbg ini punya lampu sein tik-tuk-tik-tuk (takjub)… duh, pengeenn.. mudah2an kesampean ya in this mean time,,
:::::::::::::::::::::::::::::::::
pesan moral: plus minus naik bajaj
plus: peredaran darah menjadi lancar! (karena tubuh anda bergetar dari ujung rambut hingga ujung kaki!)
minus: hati-hati, jika anda sudah turun tapi getar masih berlanjut, jangan salahkan tukang bajaj