Well, it has always been wonderful and will always be =)
Di hari ulang tahun pernikahan kami yang sudah (atau masih?) 5 tahun ini, tiba2 membuat saya ingin menulis sedikit cerita..
P r o l o g
Sebenarnya saya mengenal suami jauuuuh sebelum saya memutuskan untuk menikah dengannya. Pertemuan pertama terjadi ketika saya masih kelas 1 SMP dan dia mahasiswa semester 1. Kesan pertama? Namanya anak baru gede, ngeliat cowok PMDK UI pula, pastinya kagum lah yaaaaaaa. Tapi ya sebatas kagum aja, secara dia 6 tahun lebih tua dari saya. Dan apa sih yang ada di pikiran anak abg? Jauh deh dari hal2 yang mengarah2 ke pernikahan (masih ingusan kaliii).
Kenapa bisa katemu? Karena Allah mentakdirkan kakaknya dan orang tua saya untuk berada dalam satu grup pengajian keluarga. Grup pengajian yg luar biasa, karena mulai dari bapak, ibu, dan anak, semuanya bisa blended dan akrab satu sama lain. Kehijrahannya dari Blitar ke Jakarta itulah (dan keseringannya menumpang di tempat kakaknya, walaupun sebenarnya dia tinggal di asrama), yang akhirnya membuat suami saat itu jadi ikut gabung dalam pengajian keluarga tersebut. Tahun berganti tahun, masing2 kami punya kehidupan sendiri2. Apalagi sejak saya kuliah di Bandung, kami makin jarang ketemu.
Saya juga tau dan dikasitau, kalo beliaunya pun kagum sama saya (imut2 lincah gimana gitu kali, hehe). Berdasarkan kekagumannya itu (jadi gak enak nulisnya hahah, biarin lah narsis2 sendiri), ketika saya sudah mulai kuliah (dan dia sudah mulai bekerja), beberapa kali dia menghubungi saya untuk mengenalkan temannya yg hi-quality katanya, dengan tujuan siapa tau cocok. Tapi yaaaa gitu, gak ada yg cocok heheheh.
Menginjak semester 5 kuliah saya, tiba2 ada kabar angin kalo dia mau melamar saya! Shock pastinya. Umur saya saat itu masih 19 tahun, sementara dia 25 tahun. Yang bikin shock, karena berita ini terjadi justru ketika saya dan dia sudah tidak pernah saling kontak dan ketemu selama lebih dari setahun . Bener-bener nekat (dan ke-pd-an) banget deh ni orang. Berita itu masih aja santer, sampe akhirnya 3 bulan kemudian kita ketemu di acara tahun baru. Waktu itu berat badan saya turun jadi 39 kg (yang asalnya 43), dan sedikit banyak juga dipengaruhi karena memikirkan rencana pernikahan itu. Tapi dia diem2 aja tuh disitu, sok cool banget. Sedikit salting sih. Selidik punya selidik, ketika saya tanya setelah kami menikah, ternyata saat itu dia gak tega ngeliat saya yg begitu ringkih kaya papan penggilesan hehe.
Berita lamar-melamar ini makin santer aja, tapi tetap belum ada kejelasan. Sementara hal ini makin mengganggu buat saya, maunya orang ini apa sih? Akhirnya demi meluruskan berita2 itu, dengan nekatnya saya coba untuk action duluan. Saya kirim email, saya tanya apa benar dia punya maksud seperti itu, dan diakhir email saya bilang, maaf karena satu dan lain hal saya tidak mau menikah dengan anda, lagipula saya juga belum siap untuk menikah sekarang =))
Yang ada di pikiran saya saat itu adalah, apa jadinya menikah dengan orang yg tidak saya cintai… Mana orangnya juga kaku lagi (dulu saya pikir dia kaku, ternyataaa.. 180 derajat kebalikannya. Slebor, tukang lawak, dan selalu bisa membuat saya ketawa apapun kondisinya).
Gak disangka, email saya dapat respon yang sangat cepat. Dia gak bilang apa2, hanya bilang bahwa dia akan ke Bandung dan menjelaskan semuanya. Karena adanya beberapa faktor, saya tetap keukeuh tidak mau dilamar. Dan pertemuan di Bandung pun akhirnya memutuskan bahwa dia akan mengurungkan niatnya untuk melamar saya…. Memang sudah qadarullah, tengah malam setelah pertemuan kami itu tiba2 turun petunjuk dari Allah atas semua permasalahan saya. Seketika semua faktor yang selama ini mengganjal bisa diselesaikan. Dan keesokan harinya saya yang mengubungi dia.. Menjelaskan bahwa semua masalah saya sudah selesai, dan saya pasrah. Hari itu hari minggu, dan 2 hari kemudian hari selasa, bertepatan dengan libur merah (karena saya kebetulan bisa pulang ke Jakarta), dengan gagah beraninya dia datang sendiri menghadap ayah saya dan melamar saya.. =))
Rencananya, pernikahan akan dilangsungkan 3 bulan lagi, tepat di hari ulang tahun saya ke-20 di bulan April. Dan kami sama2 tau, belum ada rasa cinta saat itu. Posisi saya yang dimulai dari garis minus, dan dia yg dimulai dari garis nol akhirnya dievaluasi tiap minggu. Kriteria yang dievaluasi adalah, rasa sayang, cinta, kangen, dll huehehehe norak yaaa. Dan juga saling tukar menukar informasi tentang keburukan masing2. Evaluasi biasanya dilakukan melalui sms (soalnya malu bok, kalo ngomongin langsung tentang beginian hehe) juga karena saya dan dia berbeda lokasi. Saya tetap kuliah di Bandung, dan dia bekerja di Jakarta. Dimulai dari rasa kangen yang tadinya 10% di minggu ketiga di bulan Januari, lambat laun, tanpa ada yang menyadari evaluasi itu tiba2 berhenti di bulan Februari. Saya dan dia pun gak pernah benar2 tau kapan akhirnya kita bisa memenuhi nilai 100% di setiap kriteria hehe.
Posisi yang berjauhan membuat komunikasi kami hanya bisa lewat sms/telpon. Seringnya sih telpon. Dan puncaknya adalah ketika dia mendapat tagihan 2 juta untuk biaya telpon, saking seringnya kita ngobrol via udara (dan tagihan itu masih sempet dicicil sampe sebulan setelah kita menikah, huehehe).
Tadinya, saya dan dia hanya sekedar melangsungkan akad nikah di bulan April, untuk kemudian resepsinya dilangsungkan di bulan Juni. Tapi atas pertimbangan kepraktisan, diputuskan bahwa akad akan dilangsungkan di hari yang sama dengan resepsi. Di bulan April. Persiapan yang tinggal 2 bulan, dan waktu ulang tahun saya yang tepat jatuh di hari long weekend membuat gedung2 pernikahan yg sesuai budget sudah full-booked. Atas pertimbangan itulah, hari pernikahan kami akhirnya jatuh pada tanggal 8 April 2006, sehari sebelum ulang tahun saya ke-20 di tanggal 9 April 2006.
Dan hari ini, 8 April 2011, tepat 5 tahun usia pernikahan kami, rasanya masih tetap seperti kemarin. Ketika dengan indahnya dia menerima saya dari tangan ayah saya dalam satu untaian lafaz ijab qabul.
Alhamdulillah.. Semoga allah senantiasa menganugerahi kami dengan taburan cinta dan kasih sayang. Banyak yang bilang, 5 tahun pertama adalah masa-masa indah dalam pernikahan, sementara 5 tahun kedua bisa jadi lampu kuning. Betapa Allah sudah mentakdirkan semuanya dengan indah. Di tahun ke-5 pernikahan kami, Allah memberikan kami kado yang terindah, yang saat ini masih ada di dalam rahim saya dan insyaAllah dalam waktu dekat akan hadir di tengah2 kami. Dari situ saja saya sudah tau dan yakin, tidak akan pernah ada lampu kuning dalam pernikahan kami, insyaAllah =)
hikhikhik
LikeLike