Peri kecil kedua yang memanggil saya: IBU… :)

oke, mungkin masih lama sampai akhirnya dia benar-benar bisa bilang “ibu” hehe.

sudah hampir 6 bulan berlalu sejak saya melahirkan putri kedua saya. sungguh birth report yang dibuat kelamaan! hampiiirr aja keduluan sama MPASI report =))

alhamdulillah, saya merasa proses melahirkan kedua ini relatif lebih mudah, kalau mau dibandingkan dengan yang pertama. walaupun errrr… lebih sakit hehe.

16 Februari 2013

4 hari sebelum ibu saya tiba di Göteborg, tiba-tiba saya merasakan kontraksi. kejadiannya sama persis seperti waktu Raya… saya terbangun dari tidur karena merasakan sakit di perut. mencoba calm down, lalu dihitung intervalnya. daaaann, hasilnya berantakan. antara 3-6 menit sekali tapi gak beraturan.

kami lalu mengontak keluarga di Indonesia, juga mengontak sahabat keluarga kami disini, mas Azis dan mbak Rina, untuk menitipkan Raya kalau-kalau hari itu saya melahirkan. perasaan saya rasanya sedih karena harus meninggalkan Raya… sementara ibu saya di Indonesia sana juga menangis karena apa yang sudah direncanakan, yaitu ibu saya menemani Raya ketika saya kelak melahirkan adiknya, tidak bisa terlaksana.

hari makin siang… interval makin berkurang… dan ternyata, semuanya cuma kontraksi palsu hehehehe. saya sebenarnya pernah merasakan yang seperti itu waktu hamil Raya, tapi jarak waktu 22 bulan ternyata sudah cukup membuat memori saya hilang =))

20 Februari 2013

alhamdulillah, akhirnya ibu saya, enin, pun tiba di Göteborg

21 Februari 2013

07.00

keesokan hari setelah enin datang, perut saya pun kontraksi lagi! tapi kali ini saya yakin kontraksi asli 100% gak palsu. baru sadar ternyata rasanya beda sama 5 hari yang lalu. interval dicek daaaann, lagi-lagi berantakan. gak tau kenapa, tiap kontraksi saya gak pernah teratur… ada yang senasib?

sementara itu, setelah sempat mengisi bensin dengan bubur ayam peninggilan yang dibawa enin hehe, kontraksi masih terus nyut-nyutan. telepon rumah sakit, dan karena intervalnya gak teratur, 3-6 menit, disuruh tunggu sejam lagi aja.

sejam lewat, masih nyut-nyutan… akhirnya telepon rumah sakit dan mereka bilang supaya kita datang aja dan periksa langsung… toh kalaupun belum, disuruh pulang lagi hehe. RS tempat saya melahirkan Raya di Östra ternyata penuh, lalu kita di divert ke Mölndal. dengan memantapkan hati, akhirnya, jam 8.30 pagi saya dan suami berkemas menuju RS.

selain barang bawaan, ada satu lagi yang perlu ditata… bagaimana saya harus menata hati saya untuk meninggalkan Raya. meskipun, tentu saja saya jauh lebih lega karena ada enin yang menemani, tapi bagaimanapun juga mereka baru saja bertemu kembali kemarin. masih tergambar dalam ingatan saya ketika Raya berada dalam gendongan enin dan melepas ibu dan bapaknya pergi…

saya dan suami lalu memutuskan untuk naik trem saja. dengan jarak tempuh kira-kira 45 menit, rasanya masih aman. sekaligus untuk menambah bukaan maksudnya hehe. pokoknya saya berusaha jalan di”slebor-slebor”-in deh, biar cepet buka. tentu saja ketika kontraksinya berhenti. kalo pas datang sih minta peluk suami =))

09.30

bel

kami pun tiba di RS Molndal. setelah sempat nyasar mencari divisi persalinan, tibalah kami disana. disambut dengan pintu tertutup yang artinya, kami harus memencet bel terlebih dulu untuk bisa masuk ke dalam. bidan pun menyambut dan dilanjutkan dengan proses administrasi. sementara menunggu, di samping saya juga sudah ada lebih dulu “rekan seperjuangan”, yang sedang sama-sama menikmati kontraksi =)

selesai urusan administrasi, kami langsung dipersilakan menuju kamar. kemudian periksa dalam… dan… eng ing eng… masih bukaan 1 huahaha. padahal kontraksi kadang sudah 3 menit sekali lho. gak tau deh, ini hanya pengalaman saya aja atau terjadi juga sama orang lain, tapi saya gak pernah merasakan kontraksi yang teratur… baik Raya, maupun Bita. jadi buibu, waspada aja yah, walaupun kontraksi gak teratur, belum tentu waktu melahirkan masih lama.

1

setelah setengah jam menunggu, ternyata belum ada kemajuan berarti. akhirnya, diputuskan bahwa kami diberi waktu 2 jam. jika sampai 2 jam, bukaan masih belum menunjukkan progress, maka dengan terpaksa… kami harus pulang dulu. huaaaaaaa, gak mau pulang lagiiii… bukan apa-apa, feeling saya kuat banget kalo anak saya bakal lahir hari ini. kalo disuruh pulang, takutnya malah brojol di jalan..

saya dan suami pun menyusun strategi gimana caranya supaya bukaan saya makin nambah. sementara menunggu waktu 2 jam itu, kami dipersilakan jalan-jalan keluar divisi persalinan. itu artinya, klekkk, pintu ditutup dan kami  harus memencet bel jika ingin kembali masuk ke dalam.

10.30

dan inilah kami, mencoba mencari ruang kosong untuk exercise. karena keliatannya sepi, kami lalu memilih ruang tunggu di salah satu divisi orthopedi kalo gak salah. mulai deh saya goyang inul dan kuda-kuda. kontraksi? menurut saya sih ada kemajuan sedikit… lebih sakit tapi masih gak terlalu lah. bosen goyang inul, saya dan suami menyusun strategi baru…

11.00

“yakin nih?”

“mmm.. coba aja, waktu Raya kan juga gitu…”

“tapi aku kan udah kontraksi.”

“ya kalo kontraksi, berhenti dulu,”

“bukan rekreasi ya!”

“enggak lahhh, kan biar cepet kontraksi aja,”

“trus dimana?”

“balik ke kamar gitu?”

“jangaaann, kan harus bidan yang bukain pintu masuk kesana, ntar ketahuan lagi. malu,,”

“ya udah, di kamar mandi situ aja ya.”

wc

akhirnya… kami pun memutuskan untuk melakukan cara paling alami untuk mempercepat kontraksi. bisa ditebak lah ya, termasuk salah satu yang membatalkan puasa, yang lazim dilakukan di dalam kamar bersama pasangan sahnya.

HUAAAAAA

jangan diketawain! hehe.

oya, jangan bayangkan kamar mandi di RS Swedia jorok ya. bersiiihh banget. apalagi untuk yang disable friendly. luas banget tempatnya. dan benar aja, setelah memutuskan strategi tersebut, tidak perlu menunggu waktu lama untuk merasakan efeknya… *btw, untuk yang berkepentingan dan ingin tau lebih detail prosedurnya, silakan PM saya hehehe*

11.30

“aku laper, tapi ini udah semakin kerasa kontraksinya”

“ayo makan, kita ke kafetaria situ.”

saya pun memilih pancake, enak… tapi tiap satu suap harus meringis dulu. luar biasa. hanya dalam waktu 15 menit, kontraksi saya menjadi-jadi.

pancake

12.30

balik ke kamar… kontraksi makin hebat.. saya PD berat kalo pembukaan saya pasti nambah.

“aku panggil aja bidannya ya?”

“gak usaaahh.. nanggung, nanti dulu…,” jawab saya sambil meringis.

13.30

akhirnya bidan pun datang tanpa saya panggil. sayang, ternyata bidannya ganti karena sudah pergantian shift. padahal pengen pamer sama bidan yang pertama, ‘nihh bukaan gue nambah kan, gue gak perlu pulang kan,’ hehehehe.

bidan saya ini namanya Petra, dan, di akhir cerita, ternyata kami memiliki kesamaan, memiliki dua putri cantik yang hanya berselisih usia 22 bulan =)

bidan Petra kemudian melakukan prosedur periksa dalam, ternyata flek udah keluar. kutak kutik kutak kutik… hasilnya bukaan 5!

14.30

bidan Petra lalu memasukkan beberapa data ke dalam komputer kemudian pamit dan bilang akan balik lagi setengah jam kemudian untuk memeriksa progres keadaan saya.

14.40

dan ternyata.. tidak perlu menunggu setengah jam untuk menunggu bidan kembali. 10 menit setelah bidan pergi, saya mulai merasakan dorongan kuat untuk mengejan.

“mas, ini udah mau keluar mas!”

“hah?”

“ini udah mau keluaaaarrrr…”

si mas langsung pencet tombol untuk manggil bidan. bidan pun langsung bergegas masuk sementara saya sudah meringis hebat… dan bahkan… saya pun sudah tidak sengaja mengejan satu kali saking kuatnya dorongan dari dalam!

ternyata, bukti meringis saja tidak cukup, periksa dalam tetap harus dilakukan. ya iyalaaahh.. hakshaks. dan itu adalah periksa dalam paliiiinngg sakit yang pernah saya alami. bukan apa-apa, kontraksinya luar biasa, masih harus diutak utik pula T_T

benar saja sesuai prediksi saya, memang sudah bukaan 10! jadi dari bukaan 5 ke 10 hanya saya lalui selama satu jam. luarrrr biasa hehe.

begitu bukaan sudah sempurna, bidan-bidan lain langsung datang secara sigap. total ada 3 bidan yang membantu. dorong satu kali….

dua…

tiga…

empat…

lima…

15.32

dan keluarlah ia, peri cantik saya nomor dua =)

kali ini, suami hanya mendampingi jalannya proses kelahiran tanpa ikut terlibat langsung seperti yang saya alami dengan Raya. karena memang prosesnya begitu cepat… lima kali mengejan selama kurang lebih 30 menit.

seperti biasa, di Swedia tidak ada prosedur episiotomy sehingga jikapun terjadi robekan waktu kelahiran, hanya terjadi secara alami. saya juga memutuskan untuk kedua kalinya tidak menggunakan epidural, sehingga semua proses pahit-manis, sakitnya, saya rasakan secara nikmat hehe =)

proses jahit-menjahit pun tidak selama kakaknya yang mencapai 2 jam.. cukup setengah jam saja 😉

alhamdulillah.. sekali lagi Allah masih mempercayakan kami untuk mengasuh dan merawat amanahNya. dan alhamdulillah, sekali lagi saya masih bisa merasakan profesionalitas tindakan medis di Swedia yang selalu menitikberatkan segala proses se-alami mungkin. welcome to the world, Amara Amanjani Tsabita =)

PS: foto toilet dan pancake diambil 3 hari setelah kejadian, sekalian check up adik Bita. manalah sempat ngambil foto di saat kontraksi sudah melilit! =D

9 thoughts on “Peri kecil kedua yang memanggil saya: IBU… :)

  1. mba riana, dilahiran bita ga pake alat2 ‘penyamar’ sakit kaya tens seperti waktu raya dulu ya? bener2 murni menikmati kontraksi aja? waaa.. semoga bisa lancaaar juga nantinya, hrs banyak berguru ni.. apa rahasianya mbaa hehe

    Like

  2. Hallo bund, mau tanya niy soal induksi alami,,, itu aman yaaa?dilakuin nya sampe selesai ato gimana bund? Thx b4 untuk infonya bun

    Like

Leave a comment