Alhamdulillaah.. suatu kehormatan bagi saya, kami sekeluarga, dimampiri mbak Hanum dan mas Rangga dalam kunjungan singkatnya ke Sevilla bulan Juni lalu. Makin senang lagi karena mbak Hanum menghadiahi saya buku terbarunya, “Bulan Terbelah di Langit Amerika” –selanjutnya disingkat BTdLA– yang baru di-launched sehari sebelumnya. Autographed version pula! Yeaaa! 😀
Terus terang, buku BTdLA ini adalah buku pertama mbak Hanum dan mas Rangga yang benar-benar saya baca secara khusyuk. Saya memang sempat membaca buku 99 Cahaya di Langit Eropa (99CdLE) milik ibu saya ketika mudik tahun kemarin, tapi…. dalam kondisi tergesa. Akhirnya, mudik kali ini saya pun kembali membaca buku 99CdLE dan memutuskan untuk menulis review tentang BTdLA setelahnya.

“Let your faith be bigger than your fear…”
Buku BTdLA ini termasuk dalam kategori fiksi. Meskipun demikian, bukan berarti seluruh isi dalam buku ini hanya cerita rekaan. Beberapa kisahnya sebenarnya terinspirasi dari berbagai berita di media maupun video dari youtube. Kisah-kisah ini kemudian dirangkai secara apik oleh mbak Hanum dan mas Rangga sehingga terasa benar-benar nyata.
Setting waktu dari novel ini masih sama seperti buku 99CdLE, ketika Hanum dan Rangga bermukim di Austria. Saat itu, Hanum yang akhirnya bekerja menjadi reporter di suatu harian di Wina bernama Heute ist Wunderbar (Today is Wonderful), mendapat tugas berat dengan topik, “Would the world be better without Islam?” . Misi itu mengharuskannya pergi ke Amerika untuk menggali lebih lanjut keadaan disana pasca tragedi WTC. Di saat yang sama, Rangga juga mendapat tugas untuk hadir dalam acara konferensi di negara adidaya itu oleh supervisornya. Ditambah lagi sebuah tugas sampingan untuk mengejar Philipus Brown, miliuner asal AS yang “nyentrik” supaya bersedia menjadi visiting lecturer di kampusnya.
Lalu begitulah kisah petualangan Hanum dan Rangga di Amerika dimulai. Meski berangkat dari misi yang berbeda, ternyata di akhir cerita keduanya memiliki benang merah. Seperti apakah benang merahnya? Silakan baca sendiri hehe 😉
Salah satu yang membedakan buku ini dengan 99CdLE adalah gaya penulisannya yang menempatkan kedua penulis dalam sudut pandangnya masing-masing. Buat saya, BTdLA ini jadi lebih berasa duetnya ketimbang buku sebelumnya… dan saya sebagai pembaca juga lebih suka begitu sih 😀
Beberapa aspek keterkaitan Islam dalam sejarah Amerika juga disinggung dalam buku ini. Tentang para Moriscos dari Spanyol, Thomas Jefferson, sampai simbol-simbol Islam yang ternyata ada dalam beberapa institusi pemerintahan dan pendidikan di Amerika. Mungkin bisa dibilang kurang, karena terkesan sebagai cerita pelengkap dan hanya sepotong-sepotong. Tapi toh, fokus utamanya memang lebih pada cerita dibalik tragedi kemanusian 9/11 itu. Nah, bisa jadi bagian sejarahnya ini akan dibahas lebih mendalam di buku selanjutnya (aamiiin ya mbak Hanum dan mas Rangga hehe)… Tentang Christopher Colombus yang (katanya) menemukan Amerika juga hubungannya dengan… Sevilla 😉
Satu catatan dari saya, jangan lupa kalau BTdLA adalah buku fiksi. Jadi ketika alurnya seakan terlihat terlalu dramatis dan too miraculous to be real, ya memang karena cerita ini bukan sepenuhnya kisah nyata. Justru di situlah apresiasi saya kepada para penulis karena mampu merangkai kisah demi kisah yang bertebaran menjadi satu bingkai cerita yang sarat hikmah.
Akhir kata, selamat membaca Bulan Terbelah di Langit Amerika ya! This book is definitely worth to have!
*Pssstt.. ini adalah postingan blog pertama saya tentang review buku, lho 😀
Salam,
Wah, jadi pengen beli nih. Yang 99 cahaya aja sukses bikin saya baca berkali-kali. Apalagi ini kata temen2 juga lebih bagus
LikeLike
saya pribadi juga lebih suka yang ini dari 99CdLE hehe. ayo dibeli mbak.. denger2 mau difilmkan juga tahun 2016 😀
LikeLike
Huaaa…. saya juga mau bukunya… kemaren ikutaan talkshow tapi gak beruntung dapetin :3
LikeLike
mungkin memang harus beli sendiri mbak hihi.. mudah2an lain kali menang yaa 😀
LikeLike
wew, waktu di toko buku ini buku saya lewatkan gitu aja… next time, harus beli 😀
LikeLike
buku Islami palingkeren. SUperkeren. Berani keluar dari mainstream based cinta sbg latar cerita. Semoga makin byk buku beginian. semoga.
LikeLike
Pingback: Menjadi “Marbot” di Sevilla: Berkah Menerima Tamu :) | Keluarga Ibrahim
Saya juga selesai baca dan sempat bertanya, kisahnya nyata nggak ya? Soalnya campur baur antara kisah nyata Hanum & Rangga serta drama 9/11. Akhirnya, ya seperti kata mbak, buku ini harus didudukkan sebagai fiksi
LikeLike